Kakao Jawa Timur

Kakao Jawa Timur

Kakao

Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam pembangunan sub sektor perkebunan antara lain untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun sebagai komoditi ekspor penghasil devisa negara. Di Jawa Timur, komoditi kakao merupakan komoditi strtegis untuk mengangkat martabat masyarakat dengan meningkatkan pendapatan petani perkebunan dan tumbuhnya sentra ekonomi regional. Komoditi kakao dikembangkan pada Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PTPN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Areal kakao di Jawa Timur pada tahun 2012 seluas 63.040 Ha terbagi atas 32.010 Ha Perkebunan Rakyat, 26.487 Ha PTPN, dan 4.543 Ha PBS. Berikut ini data perkembangan areal, produksi dan produktivitas komoditi kakao di Jawa Timur dalam kurun waktu 2008- 2012 :

Tabel Perkembangan Areal, produksi dan Produktivitas Komoditi Kakao di Jawa Timur Tahun 2008 – 2012
Tahun Areal(Ha) Produksi(Ton) Produktivitas(Kg/Ha)
2008 52.537 18.269 681,00
2009 54.007 22.667 842,00
2010 54.657 23.192 884,00
2011 61.167 23.522 846
2012* 63.040 32.912 898
Rata-rata 57.082 24.112 872
*) Angka Sementara

Sentra pertanaman kakao pada Perkebunan Rakyat di Jawa Timur seluas 32.010 Ha terbagi atas Kabupaten Madiun 4.784 Ha, Pacitan 4.192 Ha, Trenggalek 3.975 Ha, Blitar 3.537 Ha, serta 18 kabupaten lain di Jawa Timur seperti Ponorogo, Malang dan lain – lain. Produksi kakao pada Perkebunan Rakyat sebesar 14.730 Ton, dengan produktivitas rata-rata 913 kg/ha/tahun biji kering. Kondisi tanaman kakao yang tua/rusak (TT/TR) seluas 913 Ha, tanaman belum menghasilkan (TBM) seluas 14.752 Ha, dan Tanaman menghasilkan (TM) seluas 16.129 Ha. Dari kondisi tersebut maka ada harapan yang menarik untuk produksi kakao di Jawa Timur dengan tersedianya tanaman yang menghasilkan.

Guna meningkatkan kembali produktivitas kakao di Jawa Timur maka sampai tahun 2012 masih terus dilaksanakan kegiatan pengembangan, rehabilitasi, dan intensifikasi kakao. Hal ini juga untuk memberikan peluang kesempatan kerja bagi petani melalui upaya pembibitan yang dilakukannya, dengan benih dan polybag, upah tenaga kerja serta pupuk kandang yang dibantu provinsi. Pengerjaan pembibitan tersebut dilakukan petani (miskin) di sekitar sentra pengembangan.

Kegiatan intensifikasi bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kakao sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani kakao di Jawa Timur. Di lain pihak kegiatan rehabilitasi tanaman dilakukan untuk memperbaiki tanaman yang tua/rusak, serta kegiatan pengembangan untuk menumbuhkan sentra kakao baru di Jawa Timur. Kegiatan pengembangan kakao ini sangat diminati masyarakat karena harga komoditi yang dalam lima tahun ini relatif stabil, tidak dikenal musim berbuah serta teknik budidaya kakao yang relatif mudah dan memerlukan naungan sehingga oleh petani banyak ditanam di antara pertanaman yang telah ada sebelumnya.

Sumber : http://disbun.jatimprov.go.id/komoditi_kakao.php