Tag Archives: BBJ

Februari, transaksi multilateral di BBJ meningkat

Februari, transaksi multilateral di BBJ meningkat

Rabu, 16 Maret 2016 / 20:14 WIB

2016-03-16-Februari, transaksi multilateral di BBJ meningkat

Laporan transaksi multilateral milik PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) kembali menanjak di bulan Februari 2016. Memperbaiki kemerosotan yang terjadi di awal tahun.

Seperti dikutip dari laporan resmi BBJ, total transaksi multilateral Februari 2016 melesat 6,81% ke level 69.694 lot dibanding bulan sebelumnya. Ini ditopang oleh kenaikan transaksi di semua komoditas.

Kenaikan tertinggi dari transaksi multilateral kakao dengan kenaikan 140,51% menjadi 4.120 lot. Lalu disusul transaksi olein yang naik 8,03% dengan raihan 10.506 lot.

Begitu juga dengan emas yang tumbuh 3,42% sebesar 26.870 lot. Serta terakhir kopi yang naik tipis 1,32% ke posisi 28.198 lot.

“Dengan dukungan pemerintah terhadap kakao serta upaya kami menggenjot daya tarik olein sebagai komoditas yang unik, tidak heran dua komoditas ini diprediksi akan menunjukkan performa yang baik di tahun ini,” kata Stephanus Paulus Lumintang, Direktur Utama BBJ saat bertandang ke kantor KONTAN beberapa waktu yang lalu.

BBJ pun mengatakan memang akan berfokus pada kontrak transaksi multilateral yang sudah ada ketimbang menambah jejeran tawaran yang baru. Tentunya dengan tetap menjadikan kopi sebagai andalan transaksi multilateral di tahun 2016 ini.

Perlu diingat, BBJ menargetkan kenaikan transaksi multilateral sebesar 250% atau menjadi 1,5 juta lot di tahun 2016. Tahun lalu sendiri total transaksi multilateral yang berhasil diraup BBJ mencapai 700.261 lot.

Sumber : http://investasi.kontan.co.id/news/februari-transaksi-multilateral-di-bbj-meningkat

 

Kontrak Kakao Mulai Pengaruhi Bursa Dunia

Kontrak Kakao Mulai Pengaruhi Bursa Dunia

Selasa, 15 Mei 2012 | 02:58 WIB

Makassar, Kompas – Kontrak berjangka kakao yang diluncurkan Bursa Berjangka Jakarta pada pertengahan Desember 2011 mulai berdampak pada pembentukan harga internasional. Pengaruh tersebut akan semakin kuat dengan diterapkannya serah terima fisik kakao sebagai bentuk penyelesaian kontrak berjangka.

Direktur Utama Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) Made Soekarwo saat penyerahan fisik kakao antara PT Core Indonesia dan PT BT Cocoa, Senin (14/5), di Makassar, Sulawesi Selatan, mengatakan, kontrak kakao telah menurunkan fluktuasi harga kakao di bursa New York.

”Sebelumnya, fluktuasi harga kakao berkisar 5-8 persen. Sekarang sudah berkurang menjadi 3 persen. Di BBJ, fluktuasinya berkisar 2-3 persen,” ujarnya.

Dia mengatakan, pengaruh tersebut muncul karena transaksi kakao terus naik. Pada April, transaksinya tercatat 4.785 lot. Tahun ini ditargetkan tembus 60.000 lot. Dibandingkan dengan komoditas olein dan emas, kontrak kakao mendominasi transaksi multilateral di BBJ.

Serah terima fisik itu, lanjutnya, menjadi salah bukti bahwa kontrak kakao di BBJ sudah menjadi referensi harga bagi para pelaku usaha. Jumlah biji kakao yang diserahterimakan sebanyak 3 lot atau 15 ton. Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia Surdiyanto Suryodarmodjo mengatakan, dalam penyerahan fisik, standar kualitas harus jelas. Jika ternyata lebih bagus, diterapkan sistem premium. Sebaliknya, jika mutu lebih rendah, berlaku diskon.

Direktur Utama PT BT Cocoa Indonesia Sindra Widjaja mengatakan, kehadiran kontrak kakao sangat membantu kelancaran operasional perusahaan. ”Sangat membantu perencanaan produksi karena kami bisa memperoleh kepastian pasokan biji kakao. Kami juga bisa lindung nilai atas gejolak harga,” katanya.

Menurut dia, meski Indonesia dikenal sebagai produsen ketiga kakao di dunia, produksi kakao masih belum maksimal. Tahun lalu produksinya 560.000 ton, lebih rendah daripada tahun 2010. Karena itu, ia berharap gerakan nasional kakao dilanjutkan. Gerakan tersebut selama ini baru mencakup 30 persen areal tanam kakao.

”Jika produksi tidak dibenahi, Indonesia bisa berubah dari pengekspor menjadi pengimpor biji kakao. Pasalnya, kapasitas industri terus naik. Tahun 2014, kapasitas industri diperkirakan 500.000 ton,” paparnya.

Direktur Utama PT Core Indonesia Alusius Wayandanumengatakan, biji kakao yang dijual petani sebagian besar masih asalan dan belum difermentasi. Kehadiran kontrak berjangka kakao diharapkan memacu produksi kakao fermentasi. Pasalnya, kontrak tersebut mensyaratkan kakao fermentasi dengan kadar air maksimal 7,5 persen sesuai dengan Standar Nasional Indonesia.(ENY/RIZ)

Sumber : http://sains.kompas.com/read/2012/05/15/02585779/about.html