Tag Archives: kakao indonesia
RI Targetkan Jadi Produsen Kakao Terbesar Kedua Dunia
RI Targetkan Jadi Produsen Kakao Terbesar Kedua Dunia
Yakni, dengan meningkatkan produktivitas menjadi 1,2 juta ton.
Jum’at, 4 Maret 2016 | 17:41 WIB
Oleh : Siti Nuraisyah Dewi, Lilis Khalisotussurur
VIVA.co.id – Wakil Presiden Jusuf Kalla menargetkan, produksi kakao Indonesia bisa menembus peringkat nomor dua di dunia. Sebab, kakao menjadi komoditas yang permintaannya tinggi, tapi tetap dengan harga yang baik.
“Karena itu, kita bikin program massa untuk kakao guna meningkatkan produktivitasnya,” kata Jusuf Kalla, usai penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan tahun pajak 2015 di Wisma Kalla, Makassar, Jumat, 4 Maret 2016.
Dia menjelaskan, saat ini tingginya permintaan dunia terhadap kakao telah membuat Indonesia menjadi peringkat ketiga yang produksinya tertinggi.
“Kita akan berusaha menjadi nomor dua di dunia dengan meningkatkan produksi kakao 1,2 juta ton. Sekarang, kita masih 800 ribu ton. Kita akan berusaha naikkan lebih sejuta dengan memberikan kredit dan untuk mengganti bibit kakao,” katanya.
Seperti diketahui, kakao menjadi komoditas andalan bagi Indonesia lantaran harganya yang relatif stabil, meski menghadapi kondisi guncangan krisis ekonomi global.
Kakao menjadi salah satu andalan komoditas selain kelapa sawit dan karet alam.
Sumber : http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/743898-ri-targetkan-jadi-produsen-kakao-terbesar-kedua-dunia
Pemerintah Desak Uni Eropa Bebaskan Tarif Sawit dan Kakao
Pemerintah Desak Uni Eropa Bebaskan Tarif Sawit dan Kakao
Elisa Valenta Sari, CNN Indonesia
Selasa, 09/02/2016 14:03 WIB
Jakarta, CNN Indonesia — Indonesia akan kembali melakukan renegosiasi terkait perdagangan bebas antara Indonesia dengan Uni Eropa (EU FTA). Salah satu yang tengah diperjuangkan oleh pemerintah adalah pembebasan tarif bea masuk komoditas kelapa sawit hingga kakao di Benua Biru tersebut.
Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong mengatakan negosiasi tersebut merupakan inisiatif pemerintah Indonesia mengingat produk Indonesia khususnya komoditas pertanian masih dikenakan bea masuk dengan tarif yang cukup tinggi yakni 8-12 persen.
Permintaan tersebut saat ini tengah dibahas dalam proses renegosiasi bergabungnya Indonesia dalam pakta perdagangan EU FTA.
“Malaysia sudah punya agreement dengan Eropa sebesar nol persen. Itu contoh jika kita tidak segera merampungkan, kita tidak bisa kompetitif, kita semakin tidak bisa bersaing dengan negara yang tarif dan non-tarifnya sudah lancar dengan masalah ekspor,” kata Thomas di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (9/2).
Selain sawit dan kakao, pemerintah juga tengah memperjuangkan produk kehutanan seperti kayu juga mendapat keringanan tarif bea masuk di Uni Eropa dan negara mitra dagang lainnya yang selama ini menjadi tujuan ekspor.
“Itu mesti kita renungkan kembali bagaimana sistem yang terbaik supaya ekspor kita di kayu dan produk kayu tak hanya ke Uni Eropa tapi juga mitra dagang lain bisa lancar dan terbaik,” katanya.
Sebagai informasi, Indonesia sempat bergabung dengan EU FTA pada era kepemimpinan mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun keanggotaan tersebut sempat berhenti akibat pergantian masa pemerintahan. Kendati demikian, Thomas menyebut penyelesaian negosiasi EU FTA harus selesai dalam jangka waktu dua tahun.
“Artinya akhir tahun depan kan, akhir 2017. Jadi itu yang menjadi fokus utama sementara ini. Di samping itu, kami harapkan beberapa trade agreement yang lebih kecil seperti bilateral dengan Australia,”jelasnya.
Thomas menjelaskan selain berdagang dengan 28 negara Uni Eropa, Indonesia juga menyasar negara-negara Eropa yang tidak tergabung dalam zona Uni Eropa. Perundingan tersebut dikemas dalam skema European Free Trade Agreement (EFTA) dan melibatkan negara Swis, Norwegia dan Islandia.
“Meskipun populasinya kecil, daya belinya sangat-sangat tinggi. Jadi itu adalah perundingan yang sudah dimulai dari zamannya SBY, dan sekarang sudah diaktifkan kembali, dan diharapkan akan segera tuntas,” katanya.
Mentan Ingin RI Jadi Produsen Kakao Terbesar Kedua Dunia
Mentan Ingin RI Jadi Produsen Kakao Terbesar Kedua Dunia
Muhammad Idris – detikfinance
Selasa, 26/01/2016 10:44 WIB
Jakarta -Indonesia tercatat memiliki lahan 1,7 juta hektar tanaman kakao. Luas ini setara dengan luas lahan milik negara produsen kakao terbesar di dunia yakni Pantai Gading.
Sementara Indonesia sendiri hanya menempati posisi ketiga produsen terbesar kakao dunia setelah Ghana di urutan kedua.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman mengungkapkan, pihaknya menargetkan bisa menyalip Ghana di urutan kedua dalam 3-5 tahun ke depan. Caranya, dengan melakukan peremajaan (replanting) dan peningkatan produktivitas kebun kakao.
“Lahan kakao kita sama dengan Pantai Gading, hanya masalah produktivitas saja. Di mana dari 1,7 juta hektar, 400 ribu hektar merupakan tanaman tua, dan 400 ribu lagi merupakan TBM (Tanaman Belum Menghasilkan). Kalau itu digabung dalam 3-5 tahun kita sudah nomor dua di dunia,” kata Amran ditemui di Gedung DPR, Senin (25/1/2016).
Kendati demikian, lanjut Amran, untuk peningkatan produktivitas kakao tersebut, setidaknya dibutuhkan dana hingga Rp 20 triliun. Dana tersebut sudah mencakup peremajaan hingga peningkatan produktivitas kebun kakao yang masih berproduksi.
Kementan sendiri saat ini tengah membahas alokasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan Bank BRI agar setidaknya mengucurkan Rp 5-10 triliun untuk petani kakao.
“Anggarannya sampai Rp 20 triliun, kita sedang ngomong ke BRI kalau bisa Rp 5-10 triliun,” ujarnya.
Saat ini, dengan luas lahan kakao 1,7 juta hektar, tingkat produktivitas kakao petani di Indonesia hanya mampu menghasilkan rata-rata 0,5 ton per hektar. Sementara produksi nasional hanya bisa mencapai 700.000-800.000 ton per tahunnya.
Hilirisasi di Tengah Minimnya Dukungan Sektor Hulu
Sinkronisasi sektor hulu dan hilir masih menjadi pekerjaan rumah terbesar.
22 September 2015 15:30 Moh Ridwan
Sinkronisasi sektor hulu dan hilir masih menjadi pekerjaan rumah terbesar yang harus dibereskan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan industri nasional. Persoalan yang terkesan mudah dijawab, namun sulit untuk dilakukan ini, memang menjadi hambatan terbesar dalam kemajuan sektor industri di dalam negeri.
Fakta itulah yang diperoleh Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin dalam kunjungan kerjanya ke sejumlah industri di Yogyakarta dan Jawa Tengah, pekan kemarin. Saat menghadiri peringatan Hari Kakao Indonesia (Cocoa Day) ke-3 di Ambarukmo Plaza, Yogyakarta, menperin mengapresiasi pertumbuhan sektor industri olahan kakao di dalam negeri yang mengalami pertumbuhan signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Menperin: Konsumsi Cokelat Orang RI Rendah, Hanya 0,5 Kg/Kapita/Tahun
Menperin: Konsumsi Cokelat Orang RI Rendah, Hanya 0,5 Kg/Kapita/Tahun
Sukma Indah Permana – detikfinance
Kamis, 17/09/2015 12:53 WIB
Foto: Menperin Membuka Peringatan Hari Kakao Indonesia ke-3 di
Yogyakarta -Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin membuka peringatan hari Kakao Indonesia ke-3 di Yogyakarta. Dalam sambutannya, Saleh menyampaikan harapannya agar konsumsi kakao atau cokelat nasional meningkat.
“Konsumsi kakao masyarakat Indonesia saat ini masih relatif rendah, dengan rata-rata 0,5 kg/kapita/tahun,” ujar Saleh di Ambarukmo Plaza, Yogyakarta, Kamis (17/9/2015).
Mondelez Cari Pasokan Kakao dari Indonesia, Amerika Latin
Mondelez Cari Pasokan Kakao dari Indonesia, Amerika Latin
Kamis, 17 September 2015 Waktu: 08:45
Produsen permen dan cokelat seperti Cadbury, Toblerone dan Oreo itu tidak dapat lagi mengandalkan Pantai Gading dan Ghana, yang saat ini memasok 85 persen kakao dunia.
Mondelez International, produsen permen dan cokelat termasuk Cadbury dan Toblerone, mencari ke Indonesia dan “negara-negara tertentu” di Amerika Latin untuk mendapatkan pasokan kakao di masa yang akan datang, menurut kepala bisnis divisi Eropa, Selasa (15/9).
Sosialisasi permentan untuk tingkatkan mutu kakao
Sosialisasi permentan untuk tingkatkan mutu kakao
Jumat, 14 Agustus 2015 11:47 WIB
Pewarta: Suriani Mappong
Makassar (ANTARA News) – Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pemasaran Hasil Pertanian Yusni Emilia Harahap mengatakan, sosialisasi Permentan Nomor 67/2014 tentang Persyaratan Mutu dan Pemasaran Biji Kakao bertujuan meningkatkan mutu kakao nasional.
“Tujuan utama Permentan 67 ini adalah bagus yakni meningkatkan mutu kakao kita, karena itu semua pihak harus bahu-membahu kalau kita mau berjaya di komoditi kakao,” kata Yusni disela-sela Sosialisasi Permentan No 67 / 2014 tentang Persyaratan Mutu dan Pemasaran Biji Kakao di Makassar, Kamis.